Penulis: Aqila Bagus Misbahuddin
JAKARTA, HnG Insight – Zakat atas penghasilan yang dibayarkan oleh wajib pajak (WP) orang pribadi (OP) dan WP badan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Hal tersebut diatur dalam PP 60/2010.
Akan tetapi perlu diketahui berdasarkan Pasal 2 PP 60/2010, zakat hanya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto apabila dibayarkan ke badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.
“Apabila pengeluaran untuk zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib tidak dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat, atau lembaga keagamaan … maka pengeluaran tersebut tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto,” bunyi penggalan Pasal 2 PP 60/2010, dikutip Jumat (28/3/2023).
Adapun berdasarkan ketentuan dalam PMK 254/2010, jika zakat dibayarkan oleh wanita kawin yang penghasilannya digabungkan dengan suami, zakat tersebut dikurangkan dari penghasilan suami.
Untuk wanita kawin yang telah hidup berpisah dengan suami dan melakukan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan, atau memilih menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri, zakat dikurangkan dari penghasilan bruto wanita yang bersangkutan.
Apabila zakat dibayarkan oleh anak yang belum dewasa maka zakat tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto orang tuanya.
Pengurangan zakat tersebut dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan WP OP atau WP badan yang bersangkutan di tahun penghasilan diterima atau diperoleh.
Misalnya, untuk wajib pajak yang membayar zakat fitrah pada Ramadan tahun ini, zakat dapat menjadi pengurang penghasilan bruto tahun ini dan dilaporkan di SPT Tahunan 2023.
Ilustrasi: Muhammad Irfan Firdaus
Cek berita dan artikel lainnya di sini