Penulis: Aqila Bagus Misbahuddin
JAKARTA, HnG Insight – Kementerian Keuangan mencatat penerimaan bea cukai sampai Mei 2023 mencapai Rp118,36 triliun atau 39,04% dari target APBN.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan bea cukai mengalami pertumbuhan negatif 15,64% disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, harga komoditas mengalami koreksi, seperti harga Crude Palm Oil (CPO) yang termoderasi.
“Kedua, ada beberapa komoditas yang dilarang untuk diekspor sehingga dalam hal ini pertumbuhan bea keluar memang sangat policy agreement dan commodity agreement,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita Edisi Juni 2023, dikutip Minggu (2/7/2023).
Penerimaan bea masuk secara kumulatif sampai Mei Rp20,41 atau triliun tumbuh 7,87%. Hal tersebut didorong menguatnya kurs dollar Amerika Serikat dan pertumbuhan bea masuk dari komoditas industri kendaraan bermotor.
Adapun penerimaan bea keluar mengalami penurunan 67,52% atau Rp5,15 triliun. Untuk bea keluar produk sawit turun 64,13%, bea keluar produk tembaga 82,04%, dan bea keluar bauksit turun 82,58%.
Sri Mulyani juga menuturkan cukai hasil tembakau (CHT) telah terkumpul Rp89,95 triliun hingga Mei 2023 atau turun 12,45% dibandingkan tahun lalu.
Dua golongan teratas mengalami penurunan produksi, yaitu produksi hasil tembakau Golongan 1 turun 29,58% dan Golongan 2 turun 12,42%. Sedangkan, Golongan 3 justru naik hingga 24,68%.
“Jangan sampai produksi turun ke Golongan 3 sehingga policy untuk mengendalikan produksi menjadi tidak efektif,” tambahnya.
Cek berita dan artikel lainnya di sini