Penulis: Natalie Syaina
JAKARTA, HnG Insight – Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI telah menyetujui struktur Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026.
Wakil Ketua Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Jazilul Fawaid menyampaikan bahwa pembahasan telah dilakukan secara menyeluruh antara Panitia Kerja (Panja), pemerintah, dan Bank Indonesia.
“Panja telah menyepakati hasil pembahasan Banggar bersama pemerintah dan Bank Indonesia dalam rangka pembicaraan pendahuluan RAPBN dan Rancangan Kerja Pemerintah (RKP) 2026 yang akan menjadi dasar untuk menyusun Rancangan Undang-Undang APBN beserta nota keuangan,” ucapnya, dikutip Jumat (25/07/2025).
Pendapatan negara dalam RAPBN 2026 disepakati berada pada kisaran 11,71 hingga 12,31 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), sedikit lebih tinggi dibanding proyeksi awal dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) yang sebesar 11,71 hingga 12,22 persen.
Penerimaan perpajakan menjadi sumber utama pendapatan negara dengan target kontribusi 10,08 hingga 10,54 persen terhadap PDB. Penerimaan negara bukan pajak dipatok di kisaran 1,63 hingga 1,76 persen, sementara hibah diperkirakan sebesar 0,002 hingga 0,003 persen dari PDB.
Dari sisi belanja, postur fiskal tahun 2026 ditetapkan sebesar 14,75 hingga 14,83 persen terhadap PDB, sedikit lebih tinggi dibanding proyeksi dalam KEM-PPKF sebelumnya. Belanja pemerintah pusat dialokasikan sebesar 11,41 hingga 11,94 persen, sedangkan transfer ke daerah sebesar 2,78 hingga 2,89 persen dari PDB.
Dengan komposisi pendapatan dan belanja tersebut, keseimbangan primer diperkirakan mengalami defisit ringan sebesar 0,18 hingga 0,22 persen. Sementara itu, defisit anggaran dan pembiayaan tetap dijaga dalam batas aman, yakni 2,48 hingga 2,53 persen dari PDB.
Dari sisi asumsi makro, RAPBN 2026 disusun dengan pendekatan yang realistis namun tetap mendorong pertumbuhan. Ekonomi Indonesia ditargetkan tumbuh antara 5,2 hingga 5,8 persen, dengan inflasi yang dijaga stabil di kisaran 1,5 sampai 3,5 persen.
Asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dipatok antara Rp16.500 hingga Rp16.900, sementara suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun diperkirakan sebesar 6,6 hingga 7,2 persen.
Untuk komoditas global, harga minyak mentah Indonesia (ICP) diproyeksikan di kisaran 60 hingga 80 dolar AS per barel. Target lifting minyak bumi dinaikkan menjadi 605.000–620.000 barel per hari, dan lifting gas bumi diperkirakan sebesar 953.000–1.017.000 barel setara minyak per hari.
Jazilul menegaskan bahwa RAPBN 2026 disusun untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran maupun produksi. Ia menyatakan bahwa pemerintah akan menjalankan berbagai kebijakan dan program, termasuk pembangunan daerah, guna mencapai tujuan tersebut.
Dengan postur fiskal yang terukur dan asumsi makro yang disesuaikan dengan perkembangan global dan domestik, RAPBN 2026 diharapkan menjadi instrumen kebijakan yang adaptif dan responsif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Cek berita dan artikel lainnya di sini