Penulis: Aqila Bagus Misbahuddin
JAKARTA, HnG Insight – Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 4,9% tahun ini.
OECD mengungkapkan terdapat beberapa indikator yang menunjukkan terjadinya peningkatan permintaan, seperti pertumbuhan sektor manufaktur dan tingkat okupansi hotel.
“Meskipun begitu, pembelian semen dan impor semen masih lebih rendah daripada tahun sebelumnya. Penyaluran kredit perbankan juga masih lesu,” tulis OECD dalam OECD Economic Outlook, dikutip Sabtu (2/12/2023).
OECD juga menjelaskan pembelian semen dan impor mesin menjadi indikator utama dalam menggambarkan tren pembentukan modal tetap bruto (PMTB). Dalam hal ini, OECD memproyeksikan PMTB tahun ini bertumbuh 5%.
Pertumbuhan PMTB ini dibebani dengan adanya pengetatan kebijakan moneter dan perlambatan perdagangan global. Meskipun begitu, investasi di Indonesia didukung oleh sektor konstruksi seiring pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Konsumsi masyarakat tetap menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia meskipun nilai upah riil para pekerja tidak tumbuh secara signifikan. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh 4,8% pada 2023.
Ke depannya, OECD memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan stabil dengan adanya kondisi pasar tenaga kerja yang baik, rendahnya inflasi, dan perbaikan sentimen investor. Pada 2024 dan 2025, ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh 5,2%.
Kendati demikian, potensi pertumbuhan ekonomi tersebut dihadapkan dengan tantangan eksternal, seperti ketegangan geopolitik, gejolak pasar keuangan, dan hambatan nontarif produk ekspor Indonesia.
OECD juga menilai risiko politik akibat Pemilu 2024 cenderung terbatas. Menurutnya, pergantian kekuasaan tidak mengubah kebijakan ekonomi Indonesia secara menyeluruh.
Cek berita dan artikel lainnya di sini